Apakah Orang Percaya Masih Bisa Berdosa ?
Saat kita percaya kepada Yesus, Dia menebus semua dosa kita, dan kita menjadi kudus. Apakah itu artinya bahwa orang kristen yang sejati tidak akan bisa berbuat dosa lagi ?
Dalam I Yoh 1:8 dikatakan "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."
tetapi dalam I Yoh 3:9 dikatakan "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah." terlihat seperti bertentangan bukan ?
Utk menjawab hal ini kita harus melihat pada orang-orang yang ditentang oleh Yohanes dalam suratnya yang pertama. Secara umum mereka adalah orang-orang yang mempelajari Gnostik, yang berarti bahwa mereka tidak sepenuhnya Gnostik, tetapi memiliki pandangan yang mirip dengannya.
Ada dua macam Gnostik
I. Kelompok pertama berargumentasi bahwa mereka adalah orang-orang yang tak berdosa karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dan telah mampu mengatasi masalah-masalah duniawi (salah satu di antaranya adalah dosa). Tampaknya kelompok inilah yang ditentang dalam 1Yohanes 1:8-2:2. Menyangkal dosa berarti menipu diri sendiri.
II. Kelompok lainnya berargumcntasi bahwa karena mereka merniliki kehidupan yang rohani maka tubuh tidak lagi menjadi masalah. Jadi bagi mereka perbuatan dosa sama sekali bukan masalah karena dosa itu dilakukan oleh tubuh. Pandangan inilah yang ditentang oleh Yohanes dalam bacaan di I Yoh 3:9.
Sekarang mari kita lihat satu persatu
* 1 Yohanes 1:8
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."
Dalam bahasa aslinya di ayat ini rasul Yohanes menggunakan kata benda untuk kata berdosa, jadi maksudnya tidak berdosa dianggap tidak punya dosa. Di sini "dosa" cenderung bermakna sifat dasar tabiat manusia dan bukan perbuatannya.
* 1 Yohanes 3:9
Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.
Kata kerja "berbuat dosa" yang kedua ini dalam bahasa aslinya ditulis dalam bentuk aktif, yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung. Itu sebabnya dalam terjemahan NIV dikatakan "No one who is born of God will continue to sin, because God's seed remains in him; he cannot go on sinning, because he has been born of God."
Yohanes menekankan bahwa orang yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali dari Allah tidak mungkin mempunyai cara hidup yang terus berdosa.
Jadi dari kedua penjelasan diatas kita bisa mengerti bahwa maksud Yohanes adalah kita ini sebagai manusia dasarnya memang orang yang berdosa, nggak mungkin kalau kita ini tidak bisa berbuat dosa lagi (I Yoh 1:8) , tetapi karena Kristus sudah menebus kita, maka tentunya kita tidak boleh dan tidak akan / tidak dapat berbuat dosa terus menerus seperti saat kita dulu belum percaya (I Yoh 3:9) , bandingkan dengan omongan Yohanes sebelumnya di I Yoh 3:6 "Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. " Jadi Yohanes berpendapat bahwa kalau orang itu tetap terus menerus berbuat dosa, artinya orang itu tidak / belum mengenal Allah.
Hal ini juga diaminkan oleh perkataan Paulus dalam Roma 6:1-2 “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
Bagaimana mungkin, seseorang yang menyadari betapa besarnya penderitaan Kristus bagi dosa-dosa kita, dapat terus berbuat dosa seolah-olah penderitaan Kristus tidak ada artinya?
Orang Kristen yang sejati seharusnya berubah dari bebek menjadi ayam. Kalau bebek saat dia masuk ke air dia memang ingin berenang, jadi saat dia naik ke daratan, hatinya selalu ingin kembali berenang. Sedangkan ayam, dia tidak suka berenang, tetapi mungkin saja dia jatuh ke air, tetapi dia akan segera berusaha naik ke daratan, karena hatinya tidak suka berenang.
Roma 6:11-15 menyatakan, “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”
Bagi orang-orng Kristen yang sungguh-sungguh bertobat, terus menerus berbuat dosa bukanlah suatu pilihan. Karena pertobatan kita menghasilkan natur yang sama sekali baru, keinginan kita bukan lagi untuk hidup dalam dosa. Betul, kita masih bisa berbuat dosa, namun bukan tenggelam di dalamnya sebagaimana kita dulu, kita sekarang membencinya dan ingin bebas daripadanya. Konsep ‘ambil keuntungan” dari pengorbanan Kristus untuk kita dengan cara terus berdosa (karena berpikir kan Kristus sudah menebus dosa2 kita baik yang sudah kita lakukan maupun yang akan kita lakukan, jadi berbuat dosa aja terus), konsep spt itu sama sekali tidak terbayang bagi orang yang sungguh-sungguh percaya. Kalau seseorang percaya bahwa dia adalah seorang Kristen dan tetap ingin hidup dalam kehidupan lama yang berdosa, maka dia punya alasan untuk meragukan keselamatannya. “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” (2 Korintus 13:5).
Leave a Comment