The Greatest Love of All


Lagu yang dinyanyikan oleh Whitney Houston ini merupakan salah satu lagu favorit saya. Salah satu liriknya berbunyi Learning to love yourself. It is the greatest love of all. Tapi sadarkah kita bahwa ada The real greatest love of all? Itulah kasih Allah kepada kita.

Yohanes 3:16 mengatakan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Kasih itu sendiri adalah hal yang terbesar, seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 13:13 "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."

Jadi jikalau kasih itu sendiri yang sudah terbesar kemudian dikatakan begitu besar kasih Allah, maka itu artinya kasih Allah yang sudah terbesar itu begitu luar biasa besarnya.

Mengapa dikatakan begitu besar? Karena Yohanes sebagai saksi mata saat itu benar-benar mengetahui dan merasakan sendiri kasih itu. Pertama karena Allah mengasihi kita dengan kasih Agape (kata kasih yang dipakai di Yoh 3:16 ini adalah Agape), kasih yang tidak mengharapkan balasan, kasih yang walaupun, artinya walaupun kita tidak mengasihi Dia, tidak membalas kasihNya, tidak menuruti perintahNya, bahkan sudah menyakiti Dia, tetapi Allah tetap mengasihi kita. Tidak seperti kasih-kasih yang lain yaitu kasih Storge (kasih keluarga), kasih Philea (kasih persahabatan) , dan kasih Eros (kasih yang berorientasi seksual), semua kasih yang lain itu pasti ada meminta timbal balik.

Yang kedua karena objek kasih Allah itu adalah dunia yaitu kita manusia berdosa ini. Roma 5:8 mengatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" Bahkan ketika kita masih berdosa, masih menyakiti Dia, masih menghina Dia, masih tidak menghormati Dia, masih menista Dia, tetapi saat itu Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, inilah kasih yang begitu besar itu, kasih yang walaupun itu.

Yang ketiga karena cara yang ditempuh Allah yaitu dengan mengorbankan AnakNya yang tunggal. Manusia normal manakah didunia ini yang rela menyerahkan anaknya untuk dibunuh ? Mungkin menyerahkan anaknya ke panti asuhan karena tidak ada uang, atau ke orang kaya supaya dipelihara, tapi kalau dia tau anaknya bakal dibunuh saya rasa dia tidak akan pernah mau menyerahkan anaknya. Tetapi Allah karena kasihNya yang begitu besar itu, Dia rela menyerahkan AnakNya yang tunggal, untuk datang kedunia, justru dengan satu tujuan khusus yaitu disembelih sebagai pengganti domba korban penghapus dosa. Karena dengan cara itulah hubungan Allah dan manusia bisa dipulihkan sekali untuk selamanya seperti dikatakan dalam Ibr 7:27 "tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban."

Jadi Dia yang adalah Allah itu sendiri, saat itu rela datang ke dalam dunia ini, bukan untuk dipuji-puji dan diagung-agungkan, tetapi untuk mati demi menebus dosa kita manusia.

Yang keempat karena tujuan kasih Allah adalah supaya kita yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Rancangan Allah dari semula saat Dia menciptakan manusia adalah supaya kita bisa hidup bersama dengan Dia selamanya, dengan segala sukacita, kemakmuran, kebahagian dan hal-hal yang baik lainnya. Tetapi karena tipu daya Iblis sehingga manusia jatuh dalam dosa. Tetapi meskipun seperti itu perlakuan manusia dalam membalas kebaikan Allah, Dia tetap mengasihi manusia dan membuat rancangan yang indah, yaitu untuk menyelamatkan manusia, mengembalikan manusia kedalam fitrahnya yang semula yaitu sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Sehingga pada akhirnya kita yang percaya kepadaNya bisa menikmati kembali kehidupan bersama dengan Dia seperti yang digambarkan dalam kitab Wahyu 21:4 "Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Yang kelima karena Dia membuktikan kasih itu dalam kehidupanNya selama di dunia, Dia menjalani setiap proses yang harus dilaluiNya, Dia taat bahkan sampai di kayu salib. Bahkan ketika di kayu salibpun saat Dia mau menyerahkan nyawaNya, Dia masih menunjukkan kasihNya kepada orang-orang yang menyalibkan Dia dengan berkata "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Sebuah perwujudan kasih yang menyeluruh dan sempurna dari Allah kepada manusia, sehingga kita bisa melihat bahwa memang sungguh amat sangat besarnya kasih Allah itu.

Natal adalah perwujudan kasih yang terbesar sepanjang sejarah dalam kehidupan manusia dimana Allah rela hadir dalam dunia, menjadi seorang manusia, merasakan hinaan dan siksaan hingga mati diatas kayu salib, untuk kita manusia yang berdosa, yang seharusnya kitalah yang dibinasakan. Saya teringat sebuah kalimat saat merenungkan hal ini, ketika kita bertanya "Seberapa besarkah kasihMu padaku ya Tuhan ?" Dan Yesus menjawab "Sebesar ini", dan Dia merentangkan tanganNya di atas salib itu dan mati sebagai gantiku. Saudaraku, ini yang sudah Tuhan perbuat bagi kita, apa yang sudah kita perbuat bagiNya?

Saya mau menutup renungan ini dengan sebuah cerita.

Ada seorang gadis menyewa rumah, bersebelahan dengan kontrakan rumah seorang ibu miskin dengan 2 anak.
Suatu malam tiba-tiba listrik padam, dengan bantuan cahaya handphone gadis itu ke dapur mau mengambil lilin, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu....
Ternyata salah satu anak miskin yang di sebelah rumahnya..!!!.
Anak itu bertanya dengan risau :"kakak ada lilin tidak...???".
Gadis itu berfikir,..'.Di benaknya sudah tertanam kata..:JANGAN PINJAMKAN!
Nanti jadi kebiasaan dan terus meminta...
Maka si gadis menjawab : "TIDAK ADA"
Lalu si anak miskin berkata dengan riang , 'Saya sudah duga kakak tidak ada lilin, ini ada 2 lilin saya bawakan untuk kakak, kami khawatir karena kakak tinggal sendirian dan tidak ada lilin"
Si gadis merasa bersalah, dalam linangan air mata, dia memeluk anak kecil itu erat -erat. Dia telah salah menilai orang lain hanya karena mereka kelihatan MISKIN /TIDAK MAMPU

Sejatinya :
Kekayaan tidak bergantung seberapa banyak yang kita PUNYA tetapi seberapa kita MAMPU untuk BERBAGI kepada mereka yang MEMBUTUHKAN.

Seringkali kasih itu sesederhana itu, tidak perlu menunggu kaya untuk kita bisa berbagi kasih dengan sesama. Apakah selama ini kita seperti gadis itu, ataukah kita sdh seperti anak kecil tersebut?

Biarlah moment natal ini mengingatkan kita untuk meresponi kasihNya yang besar itu, meneladani dan memaknai natal ini dengan menjadi spt lilin-lilin yang meskipun kecil tetapi membagikan cahayanya bagi ruangan disekitarnya, demikian juga kita, boleh memancarkan kasihNya kepada orang-orang disekitar kita, bahkan kepada mereka yang membenci kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati. 

No comments

Powered by Blogger.