Bahasa Roh - Apa yang dikatakan Alkitab

worshiphands.jpg


Dalam mengkritisi fenomena bahasa roh yang banyak terjadi saat ini, kita perlu kembali lagi kepada Alkitab. Apa yang Alkitab katakan mengenai bahasa roh ? Kalau kita melihat bahasan bahasa roh dalam PB maka kita bisa melihat bahwa ada 2 jenis bahasa roh, yang pertama adalah jenis yang ada di kitab Kisah Para Rasul, dan jenis yang kedua ada di Kitab I Korintus.

Pada kitab Kisah Para Rasul, bahasa roh disini dijelaskan adalah bahasa yang bisa dimengerti oleh orang yang mendengarnya, ini adalah salah satu bahasa yang ada di dunia. Tujuan diberikannya bahasa roh ini supaya orang yang tidak percaya menjadi percaya dan Injil bisa cepat tersebar (saat kejadian Pentakosta itu, ada 3000 orang percaya).

Sedangkan di kitab I Korintus, dijelaskan bahwa bahasa tersebut tidak dimengerti oleh orang yang mendengarnya (I Kor 14:2). Tujuan diberikannya bahasa roh ini untuk membangun diri sendiri.

Karena fenomena bahasa roh yang saat ini banyak terjadi di gereja-gereja adalah seperti yang di I Korintus, maka kita akan fokuskan bahasan kita mengenai kitab Korintus ini.


Bahasa roh adalah karunia Roh Kudus


Satu hal yang kita mesti pahami bahwa bahasa roh adalah karunia dari Allah (baik yg di kitab Kisah Para Rasul maupun yg di kitab I Korintus), jadi bukan hasil belajar karena memang itu tidak bisa dipelajari, itu karunia supranatural yang langsung diberikan oleh Allah. (jadi kalau ada pendeta / gereja yang mengajarkan/memberi kursus bahasa roh, itu ngawur). Jadi yang dimaksud dengan bahasa roh dalam bahasan kita disini adalah bahasa roh yang benar-benar merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa roh yang dibuat-buat, dipelajari, atau ditiru.

 
Bahasa roh yang tidak dimengerti

Bahasa roh di Korintus dalam beberapa segi berbeda dari yang diterangkan dalam Kitab Kisah Para Rasul. Hal ini bisa kita lihat melalui :

Dalam Kitab Kisah Para Rasul bahasa roh merupakan pengalaman mula-mula yang bersifat sementara dan yang tak dapat ditolak, tetapi di Korintus terletak dibawah kuasa si pembicara dalam bahasa roh itu (1 Korintus 14:27-28 ).

Saat Pentakosta bahasa roh itu langsung bisa dimengerti oleh pendengar, tapi di Korintus harus ada karunia tambahan untuk menafsirkannya untuk membuatnya dapat dimengerti (Ayat 5,13,27).

Pada peristiwa Pentakosta berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain disebut secara khusus. Tapi di Korintus bahasa roh dilukiskan sebagai ucapan yang jelas dan bermakna, yang diilhamkan Roh Kudus.

Ada hal menarik dalam kata "yang lain" dalam 1 Korintus 12:10. Bahasa Yunani menggunakan dua kata yang bermakna "yang lain" yaitu allos dan heteros. Jika seseorang menawarkan mangga kepada saya dan saya minta allos, berarti saya minta mangga yang lain, namun jika saya minta heteros, berarti saya minta buah yang lain, yang bukan mangga. Nah, baik karunia mujizat, karunia nubuat, dan karunia penafsiran bahasa roh menggunakan kata allos, "yang lain" dari jenis yang sama, tetapi khusus untuk karunia bahasa roh itu sendiri menggunakan kata heteros, "yang lain" dari jenis yang berbeda. Jadi nampaknya bahasa roh yang dibicarakan Paulus di Korintus adalah bukan bahasa seperti bahasa manusia yang merupakan allos, atau bahasa sejenis, tetapi bahasa jenis yg lain, heteros. Itulah sebabnya Paulus mengatakan harus ada karunia khusus untuk menafsirkan bahasa roh ini, yang mana itu adalah karunia yang dari Roh Kudus juga, bukan keahlian bahasa.


Bahasa roh tanda untuk orang yang tidak percaya

Dikatakan juga dalam I Kor 14:22 “Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.”

Ayat ini melanjutkan ayat 21 yang kemungkinan besar merefer ke Yes 28:11-12. Kelihatannya disini Paulus ingin menerangkan kepada jemaat akan apa yang terjadi pada saat Pentakosta, ketika karunia bahasa roh diberikan secara ajaib untuk membuat orang yang tidak percaya agar menjadi percaya, agar mereka dapat sampai kepada iman yang benar.

Seperti kita ketahui karunia ini sungguh mencengangkan orang- orang yang pada saat itu belum mengimani Kristus (Kis 2:11-12). Mukjizat inilah yang membawa mereka menyadari akan adanya kuasa Roh Kudus yang turun atas para rasul, sehingga orang- orang yang mendengarkan mereka akhirnya mengimani Kristus, dan memberikan diri untuk dibaptis.

Ketika Rasul Paulus menambahkan, “sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman,” ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa karunia bahasa roh, jika digunakan dengan bijaksana, tidak berguna untuk orang beriman, ataupun karunia nubuat itu tidak berguna untuk orang- orang yang tidak beriman. Sebab, pengertian yang demikian malah bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh rasul Paulus sendiri pada ayat 24, “Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua…” Jadi di sini kita mengetahui bahwa nubuat dapat berguna untuk semua orang.

Maka maksud Rasul Paulus menyampaikan perikop ini adalah untuk mendidik, agar melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prinsip keteraturan. Di sini Rasul Paulus ingin menekankan adanya keteraturan dalam pertemuan jemaat, sehingga dapat membangun semua umat yang hadir (1 Kor 14:26).


Aturan penggunaan bahasa roh dalam ibadah

Dari 1 Kor. 14:27-28 sangat jelas sekali terdapat aturan penggunaan bahasa roh dalam ibadah, yaitu:

1. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang.
2. penggunaan bahasa lidah oleh dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang diatas itu pun tidak boleh dilakukan secara serentak, tetapi seorang demi seorang.
3. harus ada seorang lain untuk menafsirkannya, jika tidak ada orang yang dapat menafsirkan maka hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.

Ketiga syarat diatas semuanya harus dipenuhi jika menggunakan bahasa roh dalam pertemuan Jemaat. Ketiga syarat diatas sangat kontradiksi dengan kenyataan sekarang, yaitu ada beberapa orang pendeta yang dalam setiap kebaktian secara terang-terangan berteriak menyuruh jemaat untuk berbahasa roh secara bersama-sama (serentak) dan tanpa penafsiran, "Ayo...semua jemaat sembah Dia dengan bahasa roh!". Jelas sekali hal ini sangat kontradiksi dengan ajaran Perjanjian Baru dalam Alkitab, Paulus bukan menyuruh semua jemaat berbahasa roh serentak, tetapi malah membatasinya.

Biasanya argumentasi bahwa gereja yang mengharuskan berbahasa roh dalam pertemuan Jemaat mendasarkan kepada kisah Pentakosta dimana tidak perlu ada penafsir dan murid-murid pada waktu itu berbahasa roh. Tetapi perlu kita ingat, dalam kejadian Pentakosta di Kis. 2:1-13 jenis bahasa lidah yang diucapkan para murid adalah bahasa yang dapat dimengerti sehingga tidak perlu menafsir, sedangkan fenomena bahasa roh masa kini tidak dapat dimengerti, karena kata-kata yang diucapkan tidak jelas. Jadi seharusnya penafsiran masa kini bukan berdasarkan Kis. 2:1-13 dan juga bukan Kis. 10:44-46, 19:1-7; tetapi berdasarkan 1 Kor 14 yaitu bahasa roh yang tidak dapat dimengerti karena mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, maka penggunaan bahasa roh masa kini seharusnya tunduk pada aturan 1 Kor 14:27-28. Dengan demikian, jika ada gereja yang dalam pertemuan Jemaat menerapkan bahasa lidah dengan mengabaikan aturan diatas, maka sesungguhnya telah melanggar perintah Tuhan sebagaimana tertulis dalam I Kor 14:37-38:

"Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar bahwa apa yang kutuliskan kepadamu adalah PERINTAH TUHAN. Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia."


Fenomena yang mengikuti bahasa roh

Hal yang menarik adalah perbedaan antara hadirnya Roh Allah yang suci dan tinggalnya roh jahat di dalam diri seseorang. Alkitab mencatat dengan jelas ketika roh jahat berada di dalam diri seseorang, kata yang dipakai adalah “possessed by demons” atau roh itu merasukinya (misal Mrk 5). Dengan memakai kata “posses” kita mengerti di situ kuasa roh jahat itu mengambil alih kesadaran diri orang itu sepenuhnya sehingga orang itu tidak menjadi dirinya lagi. Suaranya berubah, pandangan matanya berubah, gerak-geriknya berbeda dan pikirannya menjadi tidak waras sehingga sering disalah-mengerti sebagai orang gila. Juga ada kekuatan supranatural yang luar biasa di dalam tubuhnya sehingga rantai besi yang mengikat dia pun bisa dengan mudah dia putuskan dan hancurkan. Tidak ada orang yang bisa mengontrol orang kerasukan seperti ini.

Sangat berbeda pada waktu Roh Allah tinggal di dalam diri kita, tidak pernah dipakai kata orang itu “dirasuk” oleh Roh Kudus. Kata yang dipakai oleh Alkitab adalah orang itu “dipenuhi” oleh Roh Kudus, “dipimpin” oleh Roh Kudus. Demikian juga dalam surat Galatia “dipimpin oleh Roh” berarti arah dari jalan hidup kita berada di dalam pimpinanNya. Maka hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus berarti kita berserah sepenuhnya kepada pimpinanNya. Roh Kudus tidak pernah merasuki diri seseorang dengan mengambil kesadarannya, tetapi Roh Kudus memimpin dan menyertai kita.

Hal ini sangat berbeda dengan yang kita temui di banyak gereja jaman sekarang. Sering kita lihat banyak terjadi fenomena yang menyertai saat orang “berbahasa roh”, baik mereka jatuh bergelimpangan, kejang-kejang, berteriak-teriak, membuat suara seperti suara binatang, tertawa terbahak-bahak dsb, kadang mereka menyebutnya “mabuk dalam Roh”, dimana mereka tidak sadar saat terjadi hal tersebut dalam diri mereka.

Ini jelas bertentangan dengan firman Tuhan. Paulus dalam Efesus 5:18 mengontraskan kepenuhan Roh Kudus dengan mabuk oleh anggur. Ada dua hal yang dipertentangkan olehnya di sini. Penuh Roh Kudus jelas bukan seperti orang mabuk. Bila orang mabuk kehilangan kesadarannya, maka orang yang dijamah Roh Kudus tidak kehilangan kesadarannya. Ini juga bisa digunakan sebagai cara awal untuk menilai seseorang yang sedang “dijamah” Roh Kudus. Bila “jamahan” tersebut membuat seseorang ada dalam keadaan ekstase atau tidak sadar, maka itu jelas bukan jamahan Roh Kudus tapi kerasukan iblis.

Alkitab jelas-jelas mengajarkan pada kita, orang-orang yang percaya untuk selalu sadar secara rohani (1 Tesalonika 5:6-8, 1 Petrus 5:8).

Selain itu kalau kita kembali lagi kepada I Kor 14 perintah-perintah rasul Paulus yang menekankan bahwa harus ada ketertiban dalam ibadah, ini jelas-jelas menyalahi Firman Tuhan, karena disaat seperti itu begitu kacaunya keadaan. Ini yang dikatakan Paulus dalam I Kor 14:23 “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?” Apalagi ini bukan cuma berkata-kata tetapi teriak-teriak, tertawa terbahak-bahak, lari kesana kemari, jatuh bergelimpangan dan kejang-kejang dsb, kalau ada orang yang belum percaya masuk dan melihat itu apakah mereka tidak akan mengatakan kamu gila ?

Jadi saudara marilah kita tertib dalam iman kita, belajar dengan sungguh kebenaran Firman Tuhan sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (jadi kalau ada pendeta ngaco mengajarkan mabuk dalam roh, tidak tertipu), ini tidak hanya berlaku untuk masalah bahasa roh ini, tetapi untuk semua pengajaran.

Di jaman akhir ini kita harus sangat waspada dengan tipu muslihat iblis karena mereka bekerja sangat giat untuk menyesatkan banyak orang dan ini sudah jelas dikatakan oleh Alkitab, bhw pd jaman akhir akan ada banyak penyesat dan juga "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya" (2 Tim 4:3) itulah sebabnya dikatakan "sebab banyak yg dipanggil tetapi sedikit yang dipilih".

Akhirnya Paulus memberi kesimpulannya di ayat 39-40, yaitu:

“Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”Maka di sini Rasul Paulus berpesan agar kita tidak melarang bahasa roh, namun mementingkan nubuat/ interpretasinya; agar dalam ibadah terdapat keteraturan sehingga tidak menimbulkan kesan kekacauan, tetapi damai sejahtera (1 Kor 14:33). Tuhan memberkati.

No comments

Powered by Blogger.